Login

Perahu yang lama dilupakan

Author:unloginuser Time:2024/09/20 Read: 3291

Perahu Yang Lama Dilupakan

Udara pagi yang segar mengelus wajah tua Pak Mat. Dari pondok usang di tepi sungai, dia memandang ke arah air yang tenang, mata tua itu berkelana jauh ke masa silam. Di situ, di tengah-tengah sungai yang sekarang sepi, terbaring sebuah perahu kayu tua, tubuhnya dipenuhi lumut hijau, warna catnya pudar, layaknya kulit yang mengering di bawah terik matahari.

Perahu itu, Perahu Biru, dulunya adalah kebanggaan Pak Mat. Dalam dekapannya, Pak Mat telah mengarungi sungai ini berpuluh tahun lamanya. Perahu Biru pernah menjadi teman setia dalam mencari nafkah, mengantarkan hasil panen, membawa anak-anak bersekolah, dan saksi bisu saat Pak Mat melamar nenek Aminah.

Tetapi zaman berubah, sungai menjadi dangkal, ikan semakin jarang. Perahu Biru, yang dulunya perkasa, kini terdampar di tepi sungai, dilupakan oleh arus kehidupan yang terus berputar. Pak Mat sendiri, tubuhnya yang dulu kuat kini rapuh, kakinya sudah tak kuat untuk mendayung lagi.

Suatu hari, seorang pemuda datang ke pondok Pak Mat. Dia berpakaian lusuh, wajahnya berdebu, matanya penuh dengan semangat. Pemuda itu, namanya Johan, ingin belajar mendayung. Pak Mat, melihat semangat Johan yang mirip dirinya di masa muda, akhirnya luluh.

“Mau belajar mendayung?” tanya Pak Mat, suaranya serak.

“Ya, Pak. Saya ingin belajar melaut. Dulu, ayah saya seorang nelayan. Tapi dia meninggal sebelum sempat mengajari saya,” jawab Johan.

Pak Mat tersenyum. Sebuah mimpi lama terbangun kembali. Dia mengajari Johan mendayung, berbagi cerita tentang sungai, tentang hidup, tentang Perahu Biru. Lama kelamaan, Johan pandai mendayung. Dia mengajak Pak Mat berlayar lagi.

Perlahan-lahan, Perahu Biru kembali bernyawa. Johan, dengan tenaga mudanya, membenahi perahu. Pak Mat, dengan pengalamannya, mengajarkan Johan teknik menangkap ikan. Mereka kembali melaut, bukan untuk mencari nafkah, tapi untuk menghidupkan kembali semangat mereka.

Suatu pagi, Pak Mat terbangun dengan perasaan yang tak biasa. Johan tidak ada di pondok. Pak Mat menyusuri tepi sungai, matanya tertuju pada Perahu Biru. Dia melihat Johan, dengan wajah yang penuh semangat, sedang menuntun Perahu Biru menuju tengah sungai.

Johan berteriak, “Pak Mat! Ayo, kita berlayar lagi! Kita akan menangkap ikan!”

Pak Mat tersenyum, air matanya menetes. Dia melihat semangat muda Johan telah menghidupkan kembali Perahu Biru, telah menghidupkan kembali semangatnya. Perahu Biru yang lama dilupakan kini kembali berlayar, membawa harapan baru, mengantar mimpi yang terpendam kembali ke laut.